Jual Dialog iman

Dialog iman

Rp0

0 PRODUK TERSEDIA

Kategori: Referensi Islam

Detail Produk

Berat : - gr

Dialog Iman dalam Kehidupan Sehari-hari


"Bunda, gimana caranya bisa ngobrol panjang lebar tentang Allah sama anak-anak? Saya susah bikin anak menyimak lama. Lagian ilmu saya nggak banyak kaya Bunda untuk bisa dijelaskan sekali duduk sama anak." Beberapa kali saya ditanya demikian oleh teman-teman.


MasyaaAllah tabarakallaah. Saya senyum aja dan berterimakasih atas prasangka baiknya. 


Teman-teman, yang mungkin pernah bertanya-tanya hal serupa, ini tentu atas petunjuk Allah. Jikapun mau dirinci, #Dialogiman antara saya dan anak-anak yang bisa disimak di IG @prithakhalida adalah hasil dari perjalanan belajar yang panjang selama bertahun-tahun.


Saya ingat betul setelah menulis buku #BalitaBertanyaAndaMenjawab di tahun 2014 yang merupakan buku parenting perdana hasil obrolan dengan anak sulung dan wawancara dari sekitar 100 orangtua, ada beberapa kritik yang ditujukan pada saya, intinya bahwa buku itu jauh dari nilai-nilai Tauhid. Bahkan saya ingat betul ada yang menuduh saya liberal atau sekuler, di ruang publik pula.


Sakit? Iya tentu. Apalagi banyak yang baca. Rasanya seperti terdakwa yang disudutkan. 


Saya lupa bagaimana tepatnya jawaban saat itu. Yang saya ingat, saya minta maaf atas kekurangan. 


Sebetulnya ingin sekali menjawab, bahwa ya memang baru sampai situ ilmu saya, Bu ... Mbak ... Kak ... Kan nggak mungkin saya sok tau pakai-pakai dalil taunya salah. Dan saat itu, jujur saja, saya lebih mengutamakan trik bagaimana menjawab pertanyaan yang sebetulnya sederhana agar bisa dipahami oleh balita. Plus memang buku #BalitaBertanyaAndaMenjawab ditujukan untuk segmen umum. 


Sebagian saya sampaikan pada mereka yang mencaci. Sebagian saya simpan sendiri. Biarlah, ada orang yang saat orang lain sudah meminta maaf bisa langsung memaafkan atau memaklumi. Ada juga yang nggak. Dan type orang kedua gak akan selesai mendebat dengan jawaban apapun. Saya berserah diri pada Allah untuk yang demikian.


Kritik-kritik pedas itu saya endapkan dan buka kembali saat hati dan otak sudah adem. 


Iya, saya salah. Saya muslim dan sudah seharusnya apapun sikap, perilaku bahkan tulisan mengacu pada Al Qur'an. Tapi, saya kan belum paham, gimana dong? Ya dibaca, dipelajari. Bukan berlindung di balik kata belum paham, Prith!


Oke, perlahan saya berproses. Mempelajari banyak hal, ikut kajian dan mencatat banyak hal. Satu demi satu saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika dirasa berhasil, saya aplikasikan dalam tulisan.


Nah dialog iman yang terjadi di rumah adalah salah satu hasil belajar. Prosesnya nggak terjadi begitu aja. Kadang kalau anak nanya dan saya nggak paham, ditangguhkan dulu sampai beberapa menit atau jam untuk dipelajari dulu. Nanti saat sudah tenang, akan saya panggil mereka dan jelaskan itu.


Ribet? Ya. Tapi saya puas. Setidaknya saya sudah berupaya mencari jawaban terbaik untuk anak-anak. Perkara mereka mengerti atau belum, bisa praktek atau enggak, ya nanti diulang-ulang. Bukankah memang belajar itu merupakan proses panjang?


Senang rasanya saat dua dari sekian tulisan yang pernah saya post tentang obrolan dengan anak-anak bisa menjadi juara keempat dalam lomba yang diadakan oleh #PenerbitMaskana. Berbeda dengan cerpen atau artikel, tulisan tentang dialog iman ini memiliki tempat spesial dalam hati. Bagaimana tidak, ini kisah nyata yang terjadi antara saya dan anak-anak.


Masih jauh dari sempurna karena saya masih belajar. Tapi setidaknya saya sudah mencoba yang terbaik. Teman-teman bisa membacanya dalam buku #DialogIman yang merupakan kolaborasi dari puluhan penulis, termasuk mereka yang jauuuuh lebih senior dan mumpuni ilmunya dari saya.


Harga Rp 98.000

Review